Jumat, 08 November 2019

Setelah Maja KCJ Bakal Percantik Stasiun Citeras

Indef: Ini 10 Rintangan Ekonomi Indonesia 2016

, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meramalkan perkembangan ekonomi Indonesia pada 2016 sampai 5,0 %. Indef memberi 10 masalah yang butuh pemerintah lihat buat melakukan perbaikan ekonomi 2016 akan datang.

Pertama, efek ketidakpastian ekonomi global. Dengan tanda-tanda perlambatan ekonomi Cina yang selalu bersambung, memerlukan reorientasi pasar export terutamanya bidang komoditas. Diluar itu, pertaruhan kenaikan suku bunga bank sentra Amerika Serikat yang bisa mengguncangkan nilai ganti. Begitupun penurunan harga komoditas hingga butuh dikerjakan hilirisasi industri serta peningkatan pasar nontradisional negara arah export.

Kita masih tergantung di harga komoditas, kata Enny Sri Hartati dalam seminar prediksi ekonomi Indonesia 2016 di Jakarta, Kamis, 25 November 2015.

Ke-2, kestabilan perekonomian yang semu serta lonjakan harga saham. Menurut Indef, inflasi rendah Januari-Oktober 2015 bukan berita bagus sebab daya beli warga yang turun. Begitupun tingginya inflasi bahan makanan yang Agustus 2015 lalu sampai 9,26 % (yoy). Enny menjelaskan, kuncinya adalah mengatur lima segi komoditas, yaitu beras, daging, bawang merah, cabai, serta telur.

Ke-3, rendahnya daya beli warga. Tingginya inflasi bahan makan itu berpengaruh pada rendahnya mengonsumsi rumah tangga.

Ke empat, berkurangnya produktivitas nasional. Indef menjelaskan, walau perkembangan ekonomi di Indonesia 4,7 %, perkembangan bidang tradable tidak berkembang serta kurang berperan menyerap tenaga kerja. Berlainan dengan bidang layanan yang tumbuh tinggi.

Diluar itu, realisasi investasi cuma tumbuh 4,23 % dari pembentukan modal domestik bruto (PMTB) karena realisasi credit yang melambat, dan infrastruktur fundamen yang tidak ada.

Ke lima, shortfall pajak serta mandulnya stimulus fiskal. Menurut Enny, permasalahan classic pemerintah belum teratasi berkaitan dengan lemahnya penerimaan pajak ditambah penyerapan berbelanja yang lamban.

Ke enam, bertambahnya pengangguran, kemiskinan, serta ketimpangan. Menurut Enny, lemahnya bidang manufaktur serta pertambangan berefek pada tingginya pengangguran.

Ke-7, ketergantungan pada export komoditas.

Ke-8, efektivitas paket kebijaksanaan fiskal serta moneter. Enny menjelaskan, progress, laporan, serta follow up paket itu tidak jelas. Diluar itu, pemerintah butuh turunkan suku bunga Bank Indonesia hingga berefek pada bunga credit serta tingkatkan potensi untuk membayar buat warga.

Ke-9, rintangan warga ekonomi ASEAN. Menurut Indef, pemerintah butuh tingkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia, serta berbenah supaya dapat menarik investasi asing.

Ke-10, rintangan liberalisasi ekonomi. Pemerintah dipandang butuh mengevaluasi gagasan untuk masuk dengan Trans Pacific Partnership (TPP). Karena, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan negara TPP akan melebar. Ini akan membuat defisit perdagangan Indonesia sampai US$ 180 juta. Begitupun klausul dalam TPP yang dipandang berlawanan dengan undang-undang dan program nawacita Presiden Joko Widodo.

Melalui 10 rintangan itu, Indef meramalkan nilai ganti rupiah ada di Rp 14 ribu per dolar AS. Defisit transaksi berjalan ada di 1,8 % dari PDB. Inflasi berada di tingkat 5,0 %, pengangguran sebesar 6,1 %, dan kemiskinan di 11,1 %.

AHMAD FAIZ IBNU SANI

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar